TRANSPIRASI PADA TUMBUHAN
By: SARIP HASAN, M.Si. NIP. 196008061985011001
A. Pengertian Transpirasi
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan CO2, terjadi siang hari saat panas, melaui stomata (mulut daun) dan lentisel (celah batang). Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori-pori daun seperti stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman.
Transpirasi adalah terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula ke udara bebas (evaporasi). Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti semakin cepat pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya. Alat untuk mengukur besarnya laju transpirasi melalui daun disebut fotometer atau transpirometer.
Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui kutikula hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan. Air sebagian besar menguap melalui stomata, sekitar 80% air ditranspirasikan berjalan melewati stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi. Selain itu transpirasi juga terjadi melalui luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah dan akar.
Tidak semua tumbuhan mengalami proses transpirasi. Sedangkan pada tumbuhan yang mengalami proses ini, transpirasi terkadang terjadi secara berlebihan sehingga mengakibatkan tumbuhan kehilangan banyak air dan lama kelamaan layu sebelum akhirnya mati.
B. Macam-Macam Transpirasi
Ada tiga tipe transpirasi yaitu :
a. Transpirasi Kutikula
Adalah evaporasi(penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.
b. Transpirasi Stomata
Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.
c. Transpirasi Lentikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0.1 % dari total transpirasi
C. Mekanisme Transpirasi
Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya.
Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan CO2, terjadi siang hari saat panas, melaui stomata (mulut daun) dan lentisel (celah batang). Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori-pori daun seperti stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman.
Transpirasi adalah terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula ke udara bebas (evaporasi). Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti semakin cepat pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya. Alat untuk mengukur besarnya laju transpirasi melalui daun disebut fotometer atau transpirometer.
Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui kutikula hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan. Air sebagian besar menguap melalui stomata, sekitar 80% air ditranspirasikan berjalan melewati stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi. Selain itu transpirasi juga terjadi melalui luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah dan akar.
Tidak semua tumbuhan mengalami proses transpirasi. Sedangkan pada tumbuhan yang mengalami proses ini, transpirasi terkadang terjadi secara berlebihan sehingga mengakibatkan tumbuhan kehilangan banyak air dan lama kelamaan layu sebelum akhirnya mati.
B. Macam-Macam Transpirasi
Ada tiga tipe transpirasi yaitu :
a. Transpirasi Kutikula
Adalah evaporasi(penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.
b. Transpirasi Stomata
Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.
c. Transpirasi Lentikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0.1 % dari total transpirasi
C. Mekanisme Transpirasi
Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya.
Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.
D. Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi Tumbuhan
Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam maupun faktor-faktor luar,
1. Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah:
• Besar kecilnya daun
• Tebal tipisnya daun
• Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun
• Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun
• Banyak sedikitnya stomata
• Bentuk dan lokasi stomata
Video : Struktur Daun
Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam maupun faktor-faktor luar,
1. Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah:
• Besar kecilnya daun
• Tebal tipisnya daun
• Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun
• Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun
• Banyak sedikitnya stomata
• Bentuk dan lokasi stomata
Video : Struktur Daun
Struktur daun:
Hal-hal ini semua mempengaruhi kegiatan transpirasi
a. Bentuk serta distribusi stomata
Lubang stomata yang tidak bundar melainkan oval itu ada sangkut paut dengan intensitas pengeluaran air. Juga yang letaknya satu sama lain di perantaian oleh suatu juga jarak yang tertentu itu pun mempengaruhi intensitas penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan maka penguapan dari lubang yang satu malah menghambat penguapan dari lubang yang berdekatan.
b. membuka dan menutupnya stomata
mekanisme mebuka dan menutupnya stomata berdasarkan suatu perubahan turgor itu adalah akibat dari perubahan nilai osmosis dari isi sel-sel penutup.
c. banyaknya stomata
pada tanaman darat umumnya stomata itu kedapatan pada permukaan daun bagian bawah. Pada beberapa tanaman permukaan atas dari daun pun mempunyai stomata juga. Temperatur berpengaruh pada membuka dan menutupnya stomata. Pada banyak tanaman stoma tidak berserdia membuka jika temperatur ada disekitar 0 derajat celcius
Bagian-bagian Stomata:
Video pendukung: Bagian Stomata video
2. Faktor-faktor luar yang mempengaruhi transpirasi
• Sinar matahari
Sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma jadi banyak sinar mempercepat transpirasi
• Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air didalam daun dan tekanan uap air diluar daun, kenaikan temperatur menambah tekanan uap didalam daun.
• Kelembaban udara
• Angin
• Keadaan air didalam tanah
Walaupun beberapa jenis tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan transpirasi, tetapi jika transpirasi berlangsung pada tumbuhan agaknya dapat memberikan beberapa keuntungan bagi tumbuhan tersebut misalnya dalam:
• Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xylem
• Menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal
• Sebagian salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu.
Hal-hal ini semua mempengaruhi kegiatan transpirasi
a. Bentuk serta distribusi stomata
Lubang stomata yang tidak bundar melainkan oval itu ada sangkut paut dengan intensitas pengeluaran air. Juga yang letaknya satu sama lain di perantaian oleh suatu juga jarak yang tertentu itu pun mempengaruhi intensitas penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan maka penguapan dari lubang yang satu malah menghambat penguapan dari lubang yang berdekatan.
b. membuka dan menutupnya stomata
mekanisme mebuka dan menutupnya stomata berdasarkan suatu perubahan turgor itu adalah akibat dari perubahan nilai osmosis dari isi sel-sel penutup.
c. banyaknya stomata
pada tanaman darat umumnya stomata itu kedapatan pada permukaan daun bagian bawah. Pada beberapa tanaman permukaan atas dari daun pun mempunyai stomata juga. Temperatur berpengaruh pada membuka dan menutupnya stomata. Pada banyak tanaman stoma tidak berserdia membuka jika temperatur ada disekitar 0 derajat celcius
Bagian-bagian Stomata:
Video pendukung: Bagian Stomata video
2. Faktor-faktor luar yang mempengaruhi transpirasi
• Sinar matahari
Sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma jadi banyak sinar mempercepat transpirasi
• Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air didalam daun dan tekanan uap air diluar daun, kenaikan temperatur menambah tekanan uap didalam daun.
• Kelembaban udara
• Angin
• Keadaan air didalam tanah
Walaupun beberapa jenis tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan transpirasi, tetapi jika transpirasi berlangsung pada tumbuhan agaknya dapat memberikan beberapa keuntungan bagi tumbuhan tersebut misalnya dalam:
• Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xylem
• Menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal
• Sebagian salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu.
F. Cara Pengukuran Transpirasi
Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya adalah karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju transpirasi :
1. Kertas korbal klorida
Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan pengukuran uap air yang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.
2. Potometer
Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, dengan asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.
Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya adalah karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju transpirasi :
1. Kertas korbal klorida
Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan pengukuran uap air yang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.
2. Potometer
Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, dengan asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.
3. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi
Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.
4. Penimbangan langsung
Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untuk jangka waktu tertentu dengan penimbangan langsung
Cara lain pengukuran Transpirasi
1. Metode lisimeter atau metode grafimeter
Dua abad yang lalu, Stephen Hales mempersiapkan tanaman dalam pot dan tanamannya yang ditutup rapat agar air tidak hilang, kecuali dari tajuknya yang bertranspirasi kemudian, tanaman dalam pot itu ditimbang pada selang waktu tertentu, dan arena jumlah air yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman ( misalnya, yang diubah menjadi karbohidrat ) kurang dari 1 % dari jumlah air yang di transpirasikan, maka sebenarnya semua perubahan bobot dapat dianggap berasal dari transpirasi. Ini dinamakan metode lisimeter.
Hanks dan peneliti lannya sudah banyak sekali mengembangkan metode sederhana ini. Lisimeter miliknya di kebun Greenville merupakan beberapa bejana yang besar ( beberapa meter kubik besarnya ) diisi penuh dengan tanah dan dikuburkan, sehingga permukan atasnya sama tinggi dengan permukaan lapangan. Bejana terebut diletakkan di dekat bantalan karet besar yang diletakkan didasarnya dan diisi air dan zat anti beku yang dihubungkan dengan pipa yang tegak keatas permukaan tanah. Tinggi cairan dalam pipa menunjukkan ukuran bobot lisimeter, maka permukaannya berubah-ubah sejalan dengan perubahan kandungan air dalam tanah dilisimeter dan dalam tanaman yang sedang tumbuh, walaupun bobotnya kecil saja di bandingkan dengan bobot tanah. Jumlah air tanah di tentukan oleh air irigasi dan jumlah hujan dikurangi evapotranspirasi, yaitu gabungan antara penguapan dari tanah dan transpirasi dari tumbuhan. Penguapan dari tanah dapat diduga dengan berbagai macam cara. Lisimeter merupakan metode lapangan paling handal untuk mempelajari evapotransipirasi, tapi memang mahal dan tidak mudah di pindah-pindahkan. Meskipun tidak diseluruh dunia, lisimeter banyak digunakan. Teknik yang lebih umum, menggunakan persamaan perimbangan air untuk menghitung evapotranspirasi dari selisih anars masukkan dan pengeluaran
Et = irigasi + hujan + pengurasan – drainase – aliran permukaan.
Dengan Et = evapo transpirasi, dan pengurasan adalah kehilangan dari cadangan tanah. Pengukuran cadangan air tangah pada awal dan akhir suatu periode menghasilkan nilai pengurasaan.
2. Metode pertukaran gas atau metode kurvet
Dalam metode ini, transpirasi dihitung dengan cara mengukur uap air di atmosfer yang tertutup yang mengelilingi daun. Sehelai daun di kurung dengan sebuah kuvet bening misalnya, dan kelembabapan suhu, dan volume gas yang masuk dan keluar kuvet di ukur.
Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.
4. Penimbangan langsung
Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untuk jangka waktu tertentu dengan penimbangan langsung
Cara lain pengukuran Transpirasi
1. Metode lisimeter atau metode grafimeter
Dua abad yang lalu, Stephen Hales mempersiapkan tanaman dalam pot dan tanamannya yang ditutup rapat agar air tidak hilang, kecuali dari tajuknya yang bertranspirasi kemudian, tanaman dalam pot itu ditimbang pada selang waktu tertentu, dan arena jumlah air yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman ( misalnya, yang diubah menjadi karbohidrat ) kurang dari 1 % dari jumlah air yang di transpirasikan, maka sebenarnya semua perubahan bobot dapat dianggap berasal dari transpirasi. Ini dinamakan metode lisimeter.
Hanks dan peneliti lannya sudah banyak sekali mengembangkan metode sederhana ini. Lisimeter miliknya di kebun Greenville merupakan beberapa bejana yang besar ( beberapa meter kubik besarnya ) diisi penuh dengan tanah dan dikuburkan, sehingga permukan atasnya sama tinggi dengan permukaan lapangan. Bejana terebut diletakkan di dekat bantalan karet besar yang diletakkan didasarnya dan diisi air dan zat anti beku yang dihubungkan dengan pipa yang tegak keatas permukaan tanah. Tinggi cairan dalam pipa menunjukkan ukuran bobot lisimeter, maka permukaannya berubah-ubah sejalan dengan perubahan kandungan air dalam tanah dilisimeter dan dalam tanaman yang sedang tumbuh, walaupun bobotnya kecil saja di bandingkan dengan bobot tanah. Jumlah air tanah di tentukan oleh air irigasi dan jumlah hujan dikurangi evapotranspirasi, yaitu gabungan antara penguapan dari tanah dan transpirasi dari tumbuhan. Penguapan dari tanah dapat diduga dengan berbagai macam cara. Lisimeter merupakan metode lapangan paling handal untuk mempelajari evapotransipirasi, tapi memang mahal dan tidak mudah di pindah-pindahkan. Meskipun tidak diseluruh dunia, lisimeter banyak digunakan. Teknik yang lebih umum, menggunakan persamaan perimbangan air untuk menghitung evapotranspirasi dari selisih anars masukkan dan pengeluaran
Et = irigasi + hujan + pengurasan – drainase – aliran permukaan.
Dengan Et = evapo transpirasi, dan pengurasan adalah kehilangan dari cadangan tanah. Pengukuran cadangan air tangah pada awal dan akhir suatu periode menghasilkan nilai pengurasaan.
2. Metode pertukaran gas atau metode kurvet
Dalam metode ini, transpirasi dihitung dengan cara mengukur uap air di atmosfer yang tertutup yang mengelilingi daun. Sehelai daun di kurung dengan sebuah kuvet bening misalnya, dan kelembabapan suhu, dan volume gas yang masuk dan keluar kuvet di ukur.
H. Istilah Evapotranspirasi
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa penguapan dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut Evapotranspirasi.
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa penguapan dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut Evapotranspirasi.
I. Kegunaan dan kerugian transpirasi terhadap tumbuhan
1. Kegunaan Transpirasi pada tumbuhan antara lain :
• Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel
• Penyerapan dan pengangkutan air, hara
• Pengangkutan asimilat
• Membuang kelebihan air
• Pengaturan bukaan stomata
• Mempertahankan suhu daun
• Pengangkutan mineral
• Pertukaran energi
2. Pengaruh Transpirasi yang merugikan
Jika tanah cukup mengandung air, laju transpirasi yang tinggi, dalam jangka waktu yang pendek, tidak akan menimbulkan kerusakan yang berarti pada tumbuhan. Tetapi jika kehilangan air berlangsung terus melalui absorpsi, pengaruh traspirasi yang merugikan akan kelihtan dengan layunya daun, sebagai akibat hilangnya turgor. Tingkat kelayuan dan kehilangan air yang diperlukan untuk menimbulkan gejala kelayuan pada tumbuhan sangat beragam. Daun tipis yang umumnya terdiri dari sel parenkima yang berdinding tipis akan layu dengan cepat.
Kelayuan tumbuhan di atas tanah digolongkan sebagai layu sementara atau layu permanen. Layu sementara terjadi jika tanah masih mengandung air yang tersedia bagi tumbuhan. Kelayuan tersebut terjadi akibat kelebihan transpirasi dari absorpsi yang bersifat sementara. Tumbuhan biasanya menjadi segar kembali setelah laju transpirasi menurun. Daun yang layu pada siang hari akan segar kembali pada malam hari atau pagi berikutnya. Daun dapat juga meningkat turgornya pada siang hari jika transpirasi menurun akibat adanya awan, penurun suhu atau hujan kecil walaupun air tersebut tidak sampai menembus ke akar.
Sebaliknya, layu tetap diakibatkan oleh terjadinya kekurangan air yang berat dalam tanah. Akar tidak dapat mengabsorpsi air, maka tumbuhan akan mati kecuali jika persediaan air dalam tanah dapat ditingkatkan kembali.
Layu sementara yang terjadi berulang-ulang akan menimbulkan pengaruh yang merugikan pada metabolisme tumbuhan dan tumbuhan yang sering mengalami kelayuan akan tertekan pertumbuhannya. Penyebab utamanya adalah kekurangan air akan menghambat laju pertumbuhan jaringan muda, khususnya proses pembelahan dan pembesaran sel. Penghambatan laju pertumbuhan ini menyebabkan menurunnya penggunaan makanan oleh jaringan yang sedang tumbuh, dan pada umumnya kekurangan air selalu diikuti oleh penimbunan karbohidrat. Tingkat karbohidrat yang tinggi yang berlanjut dapat menimbulkan perubahan struktural dan perubahan fisologis permanen yang berkaitan dengan pertumbuhan yang tertekan.
1. Kegunaan Transpirasi pada tumbuhan antara lain :
• Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel
• Penyerapan dan pengangkutan air, hara
• Pengangkutan asimilat
• Membuang kelebihan air
• Pengaturan bukaan stomata
• Mempertahankan suhu daun
• Pengangkutan mineral
• Pertukaran energi
2. Pengaruh Transpirasi yang merugikan
Jika tanah cukup mengandung air, laju transpirasi yang tinggi, dalam jangka waktu yang pendek, tidak akan menimbulkan kerusakan yang berarti pada tumbuhan. Tetapi jika kehilangan air berlangsung terus melalui absorpsi, pengaruh traspirasi yang merugikan akan kelihtan dengan layunya daun, sebagai akibat hilangnya turgor. Tingkat kelayuan dan kehilangan air yang diperlukan untuk menimbulkan gejala kelayuan pada tumbuhan sangat beragam. Daun tipis yang umumnya terdiri dari sel parenkima yang berdinding tipis akan layu dengan cepat.
Kelayuan tumbuhan di atas tanah digolongkan sebagai layu sementara atau layu permanen. Layu sementara terjadi jika tanah masih mengandung air yang tersedia bagi tumbuhan. Kelayuan tersebut terjadi akibat kelebihan transpirasi dari absorpsi yang bersifat sementara. Tumbuhan biasanya menjadi segar kembali setelah laju transpirasi menurun. Daun yang layu pada siang hari akan segar kembali pada malam hari atau pagi berikutnya. Daun dapat juga meningkat turgornya pada siang hari jika transpirasi menurun akibat adanya awan, penurun suhu atau hujan kecil walaupun air tersebut tidak sampai menembus ke akar.
Sebaliknya, layu tetap diakibatkan oleh terjadinya kekurangan air yang berat dalam tanah. Akar tidak dapat mengabsorpsi air, maka tumbuhan akan mati kecuali jika persediaan air dalam tanah dapat ditingkatkan kembali.
Layu sementara yang terjadi berulang-ulang akan menimbulkan pengaruh yang merugikan pada metabolisme tumbuhan dan tumbuhan yang sering mengalami kelayuan akan tertekan pertumbuhannya. Penyebab utamanya adalah kekurangan air akan menghambat laju pertumbuhan jaringan muda, khususnya proses pembelahan dan pembesaran sel. Penghambatan laju pertumbuhan ini menyebabkan menurunnya penggunaan makanan oleh jaringan yang sedang tumbuh, dan pada umumnya kekurangan air selalu diikuti oleh penimbunan karbohidrat. Tingkat karbohidrat yang tinggi yang berlanjut dapat menimbulkan perubahan struktural dan perubahan fisologis permanen yang berkaitan dengan pertumbuhan yang tertekan.
contoh laporan transpirasi (1):
Transpirasi Pada Tanaman Pacar Air
- TujuanUntuk membuktikan bahwa kecepatan penguapan air dari
daun di pengaruhi oleh kelembapan udara sekitar terhadap tanaman Pacar Air (Balsamina Imaptient). - Rumusan MasalahBagaimana cara mengetahui pengaruh kelembapan lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode pengukuran dengan fotometer?
- Landasan TeoriSecara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Ada banyak factor yang dapat mempengaruhi proses transpirasi. Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan kensentrasi molekul uap air di udara. Dari faktor kelembaban udara,besarnya selisih antar kelembaban udara di luar ruangan dengan kelembaban udara di ruangan akan menentukan kecepatan transpirasi air.
- VariabelVariabel Terikat : Jenis tanaman,
Variable Kontrol : Jenis Air, Jumlah daun.
Variabel Bebas : Kelembapan udara - HipotesisSemakin tinggi kelembaban udara maka transpirasi semakin lambat. Maka sebaliknya ,jika kelembapan udara rendah maka proses transpirasi akan semakin cepat . Dengan demikian seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara.
- Alat dan Bahan :
- Tumbuhan pacar air
- Fotometer
- Pipa karet
- Stopwatch
- Tabung
- Air
- Lilin
- Silet
- Higrometer
- Tempat dan Waktu :
- Penelitian 1 :Tempat : Depan ruang kelas XI ...... SMA Negeri 1 Banjarsari
Waktu : Kamis, ......bln....thn......Pukul ..... – selesai. - Penelitian 2 :Tempat :
Waktu : - Langkah Kerja :
- Sediakan alat dan bahan yang diperlukan.
- Masukan fotometer kedalam air agar fotometer dapat terisi penuh.
- Potonglah beberapa cabang,bunga atau daun yang mengganggu(agar dapat dimasukkan ke dalam pipa karet) dan segera masukkan tanaman pacar air tersebut ke pipa karet.
- Kemudian tutup mulut biuret dengan karet lalu angkat secara perlahan fotometer dari dalam air.
- Tutup celah-celah seperti daerah sekitar mulut biuret dan pangkal batang pacar air dengan lilin.
- Letakkan objek pada tempat yang telah ditentukan.
- Amati laju air pada pipa berskala dan menghitung pergerekannya dalam satuan waktu dengan pemilihan waktu 5 menit pertama dan 5 menit kedua.
- Kemudian catat hasil percobaan lalu ubah dalam bentuk table dan grafik.
- Hasil Penelitian
- Percobaan 1
- Penelitian 1 :Tempat : Depan ruang kelas XI ...... SMA Negeri 1 Banjarsari
- Tabel Laju Transpirasi Pada Kelembapan 78 %
- Tabel Laju Transpirasi Pada Kelembapan 89%
- Percobaan 2
Tabel Laju Transpirasi Pada Kelembapan 72 % - PembahasanDari hasil pengamatan di atas diketahui jika proses transpirasi di tempat kelembapan rendah lajunya lebih cepat dibandingkan ditempat kelembapan tinggi, yang membuktikan adanya pengaruh kelembapan dalam pengaruhnya terhadap kecepatan transpirasi, untuk pengaruh kelembapan terdapat kesalahan dalam penggunaan hygrometer sehingga persentase yang terdapat dihasil pengamatan adalah hasil kesalahan penggunaan, jadi pengaruhnya yang bisa diketahui adalah kelembapan yang semakin rendah adalah kelembapan yang terdapat pada suhu yang tinggi. Jadi kelembaban tinggi maka laju transpirasi lambat dan sebaliknya akan cepat jika kelembabannya rendah.
- Kesimpulan
Pada tanaman selalu melakukan transpirasi yang merupakan proses penguapan air yang terjadi sehingga menyebabkan air semakin berkurang. transpirasi yang dilakukan sangat bergantung dari faktor lingkungan yaitu suhu, kelembaban dan intensitas cahaya yang ada di sekitar tanaman Sehingga memungkinkan perbedaan tingkatan transpirasi pada karena perbedaan faktor lingkungan yang terjadi.
contoh laporan transpirasi (2)
Nama Mahasiswa : ..................................
NIM : ..................................
Pembimbing : Drs. H. SARIP HASAN, M.Si.
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penguapan adalah suatu proses pergerakan molekul-molekul zat cair dari permukaan zat cair tersebut ke udara bebas. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan sebagian besar melalui permukaan daun disebut sebagai transpirasi.
Transpirasi ini terjadi melalui daun akan tetapi dapat juga melalui permukaan tubuh yang lainnya seperti batang. Oleh karena itu dikenal 3 jenis transpirasi, yaitu transpirasi melalui stomata, melalui kutikula, dan melalui lentisel.
Transpirasi ini biasanya bibatasi pada masalah-masalah transpirasi melalui daun, karena sebagian besar hilangnya molekul-molekul air ini lewat permukaan daun tumbuhan. Mengingat akan pentingnya pemahaman tentang proses transpirasi, maka diadakanlah praktikum ini dengan tujuan untuk mengetahui kecepatan transpirasi dan untuk mengetahui jumlah air yang yang diuapkan / satuan luas daun dalam waktu tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah:
- Bagaimana cara mengetahui hilangnya uap air dari kedua permukaan daun?
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui hilangnya uap air dari kedua permukaan daun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Wilkins, 1989).
Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam cara untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi (Tjitrosoepomo, 1998).
Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Sitompul, 1995). Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan, karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit. Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor luar. Yang terhitung sebagaio faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya stomata. Hala-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada tumbuhan (Salisbury, 1992).
Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung sebagai pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang sedaang tumbuh menentukan banyak air jauh lebih banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan hilangnya air tergantung sebagian besar pada suhu kelembapan relatif dengan gerakan udara. Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh xylem dan secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya sama dengan penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Sebenarnya seluruh bagian tanaman mengadakan transpirasi karena dengan adanya transpirasi terjadi hilangnya molekul sebagian besar adalah lewat daun hal ini disebabkan luasnya permukaan daun dan karena daun-daun itu lebih terkena udara dari pada bagian lain dari suatu tanaman (Lakitan, 2007).
Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat (Dartius, 1991). Peningkatan tekanan turgor oleh sel penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air antar sel akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggike sel engan potensi lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel tergantung pada jumlah bahan yang terlarut dari cairan tesebut, semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi yang terjadi pada sel semakin rendah (Heddy, 1990).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara lain:
1. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi mekanisme membuka dan menutupnya stomata
2. Kelembaban udara sekitar
3. Suhu udara
4. Suhu daun tanaman
(Guritno, 1995).
Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering (kelembaban nisbihnya rendah) dari udara sekitar tumbuhan tersebut. Kerapatan uap air diudara tergantung dengan resisitensi stomata dan kelembaban nisbih dan juga suku udara tersebut, untuk perhitungan laju transpirasi. Kelembaban nisbih didalam rongga substomata dianggap 100%. Jika kerapatan uap air didalam rongga substomata sepenuhnya tergantung pada suhu (Filter, 1991).
Daya hantar secara langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata. Semakin besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi. Pada beberapa tulisan digunakan beberap istilah resistensi stomata. Dalam hubungan ini daya hantar stomata berbanding dengan resistensi stomata (Dwijoseputro, 1983).
Pembahasan
Pada percobaan kali ini, proses transpirasi tumbuhan diketahui dengan cara penimbangan. Tumbuhan yang menjadi sampel yaitu tumbuhan Citrus aurantifolia. Dari sini dapat diketahui bahwa ternyata tanaman tersebut melakukan proses transpirasi, hal ini dibuktikan dari hasil pengamatan yang diperoleh. Pada hasil pengamatan didapatkan hasil yang berbeda-beda pada setiap penimbangan botol yang berisi air dan tanaman. Pada penimbangan awal didapatkan berat sebesar 245,5gr, sedangkan pada penimbangan 20 menit ke I, 20 menit ke II, dan 20 menit ke III didapatkan hasil yang besarnya lebih kecil dibandingkan pada saat penimbangan awal.
Seperti yang kita ketahui bahwa proses transpirasi merupakan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula dan lentisel. Berkurangnya berat botol dan tanaman pada proses penimbangan merupakan bukti terjadinya proses transpirasi pada tanaman Citrus aurantifolia tersebut. Transpirasi yang terjadi dipengaruhi oleh Luas Total Daun (LTD) tanaman tersebut. Semakin besar LTD tanaman, maka semakin cepat proses transpirasi yang terjadi, begitu pula sebaliknya, semakin kecil LTD tanaman, maka semakin lambat pula proses transpirasinya. Dengan menggunakan perbandingan antara berat akhir penimbangan botol dan tanaman dengan LTD tanaman, maka dapat diketahui besarnya kecepatan transpirasi tanaman.
Seperti yang kita ketahui bahwa proses transpirasi merupakan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula dan lentisel. Berkurangnya berat botol dan tanaman pada proses penimbangan merupakan bukti terjadinya proses transpirasi pada tanaman Citrus aurantifolia tersebut. Transpirasi yang terjadi dipengaruhi oleh Luas Total Daun (LTD) tanaman tersebut. Semakin besar LTD tanaman, maka semakin cepat proses transpirasi yang terjadi, begitu pula sebaliknya, semakin kecil LTD tanaman, maka semakin lambat pula proses transpirasinya. Dengan menggunakan perbandingan antara berat akhir penimbangan botol dan tanaman dengan LTD tanaman, maka dapat diketahui besarnya kecepatan transpirasi tanaman.
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata (Lakitan, 1993). Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata (Loveless,1991).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian satu lubang dengan ukuran 2x2 cm, menghasilkan volume air yang diuapkan sebanyak 5 ml. Perlakuan ke -2 dengan 2 lubang ukuran 2x1 cm dengan volume air yang diuapkan sebanyak 7ml dan empat lubang dengan ukuran 1x1 cm dapat menguapkan air sebanyak 7,5 ml. Hilangnya air dari tanaman dalam hal ini transpirasi berhubungan dengan stomata. Lubang stomata yang berbentuk oval mempunyai kaitan dengan intensitas pengeluaran air. Percobaan fisika membuktikan bahwa penguapan air yang tidak ditutup sama sekali lebih lambat daripada penguapan air melalui lubang-lubang selaput yang halus. Dalam batasan terentu, semakin banyak pori, maka penguapan juga semakin cepat ( Tjitrosomo, 1985). Posisi lubang yang berdekatan menyebabkan penguapan melalui lubang yang satu terhambat oleh penguapan lubang yang berdekatan, karena jalan yang ditempuh oleh molekul air yang melewati lubang tidak lurus tetapi membelok karena pengaruh sel penutup. Bentuk stomata yang oval juga memudahkan pengeluaran air daripada bentuk stomata yang bundar. Deretan molekul-molekul air yang kuat lebih banyak jika keliling dari stomata lebih panjang. Pengeluaran air yang maksimal terjadi jika jarak antara stomata 20 kali diameternya (Dwidjoseputro, 1989). Hasil pengamatan menunjukkan penguapan air yang paling besar yaitu 7,5 ml untuk perlakuan 4 lubang 1x1 cm dan yang paling sedikit menguap pada 1 lubang 2x2 cm yaitu 5ml. Hasil pengamatan tersebut berarti sesuai dengan pendapat di atas.
Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui stomata dapat melalui kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata,sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi (Tjitrosomo, 1985).
Dwidjoseputro (1989), menyatakan bahwa transpirasi mempunyai arti penting bagi tanaman. Transpirasi pada dasarnya suatu penguapan air yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi jiga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar matahari, kenaikan temperatur yang diterima tanaman digunakan untuk penguapan air.
Transpirasi dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan tempatnya, yaitu transpirasi kutikula, transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata. (Heddy,1990).
Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air.
Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata (Salisbury&Ross.1992) dan faktor luar antara lain:
- Kelembaban
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.
- Suhu
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.
- Cahaya
Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.
- Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.
- Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut (Loveless,1991).
Unsur kalium sangat memegang peranan dalam proses mermbuka dan menutupnya stomata (stomata movement) serta transportasi lain dalam hara lainnya, baik dari jaringan batang maupun lasngsung dari udara bebas. Dengan adanya defisiensi kalium maka secara langsung akan memperlambat proses fisiologi, baik yang melibatkan klorofil dalam jaringan daun maupun yang behubungan dengan fungsi stomata sebagai faktor yang sangat penting dalam produksi bahan kering secara umum. Semakin lama defisiensi kalium maka akan semakin berdampak buruk terhadap laju proses fisiologi dalam jaringan daun. Semakin berat defisiensi kalium pada gilirannya akan berdampak semakin parah terhadap rusaknya pertumbuhan daun (Masdar, 2003)
Transpirasi yang terjadi memang dapat merugikan tanaman, namun juga bermanfaat bagi tanaman antara lain
- Meningkatkan daya isap daun pada penyerapan air
- Mengurangi jumlah air dalam tumbuhan jika terjadi penyerapan yang berlebihan.
Laju transpirasi tertinggi dari perlakuan cahaya adalah pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 5,55 x 10-4 gr/dtk. Ini karena tidak adanya faktor penghalang cahaya yang dapat menghambat radiasi surya (matahari) dimana cahaya matahari sangat mempengaruhi laju transpirasi, hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa cahaya yang banyak dapat menyebabkan membuka dan menutupnya stomata sehingga akan memepercepat laju transpirasi dan sebaliknya. Adapun lapisan lilin dapat menghambat laju transpirasi.
Laju transpirasi pada perlakuan cahaya adalah perlakuan dilapisi vaseline dan tanpa daun yaitu 1,66 x 10 -4 gr/dtk. Hal ini disebabkan fungsi vaseline sebagai lapisan yang dapat memperlambat proses transpirasi, karena semakin menebalnya permukaan uap air akan sulit keluar. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa adapun lapisan lilin akan memperlambat laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air akan sulit berdifusi untuk keluar.
Laju transpirasi pada perlakuan angin adalah pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 3,33x 10-4 gr/dtk, hal ini disebabkan adanya faktor penghalang angin yang dapat mempengaruhi laju transpirasi dimana dimana angin sangat mempengaruhi laju transpirasi. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan (2007) yang menyatakan bahwa kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam yang termasuk faktor dalam diantaranya besar kecilnya daun dan jumlah stomata bentuk dan lokasi stomata serta ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun. Faktor luar yaitu sinar matahari, temperatur kelembapan udara dan angin.
Laju transpirasi terendah pada perlakuan angin adalah pada pada perlauan dipotong ½ daun dan tanpa daun yaitu sebesar 1,66 x 10-4 gr/dtk. Ini karena uap air berdifusi melalui stomata, sehingga dengan pemotongan ½ daun dan tanpa daun akan mempengaruhi jumlah stomata akibatnya laju transpirasi semakin lambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Salisbury dan Ross ( 1992 ) myang menyatakan bahwa stomata terletak dimana epidermis memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara mesofil dan udara luar. Kebanyakan air yang hilang secara uap air dari suatu daun dari dinding epidemis karena dalam yang besar dan mesofil yang berdekatan dengan rongga-rongga dibawah stomatab dan hilang ke udara melalui stomata.
Pada siang hari tumbuhan menerima radiasi matahari maka cahaya merupakn proses yang mempengaruhi penguapan. Penguapan yang banyak meningkatkan laju transpirasi. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan (2007) yang menyatakan peningkatan suhu yang berlebihan sangat mengganggu proses metabolisme tubuh. Transpirasi merupakan proses yang membutuhkan banyak energi dalam tahap penguapan dari molekul-molekul air.
Angin dapat memacu laju transpirasi jika udara bergerak melewati petrmukaan daun yang kering . Hal ini sesui dengan literatur Lakitan (2007) yang menyatakan bahwa angin dapat pula mmepengaruhi laju transpirasi. Angin dapat memacu laju transp[irasi bila pada permukaan daun tersebut kering dalam kelembapan nisbih yang rendah dari udara sekitar tumbuhan tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
- Laju transpirasi tertinggi pada perlakuan cahaya adalah pada perlakuan kontrol yaitu 5,55 x 10-4 gr/dtk
- Laju transpirasi terendah pada perlakuan cahaya adalah pada perlakuan dilapisi vaseine dan tanpa daun yaitu 1,66 x 10-4 gr/dtk
- Laju transpirasi tertinggi pada perlakuan angin adalah pada perlakuan kontrol yaitu 3,33 x 10-4 gr/dtk
- Laju transpirasi terendah pada perlakuan angin adalah pada perlakuan dipotong ½ daun dan tanpa daun yaitu 1,66 x 10-4 gr/dtk
- Dari perlakuan cahaya dan angin laju teranspirasi yang tertinggi adalah perlakuan cahaya.
Saran
Sebaiknya pada saat percobaan laju tarnspirasi, digunakan tanaman pacar air ( Balsamina Imaptient ) yang masih muda dan berbatang hijau.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan transpirasi tanaman Citrus aurantifolia adalah 0,0038 gr/cm2/jam.
2. Jumlah air yang diuapkan/satuan luas daun dalam waktu tertentu pada tanaman Citrus aurantifolia adalah 263,08 cm2.
Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan transpirasi tanaman Citrus aurantifolia adalah 0,0038 gr/cm2/jam.
2. Jumlah air yang diuapkan/satuan luas daun dalam waktu tertentu pada tanaman Citrus aurantifolia adalah 263,08 cm2.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu sebaiknya praktikan teliti pada saat melakukan penimbangan agar didapatkan hasil yang akurat.
Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu sebaiknya praktikan teliti pada saat melakukan penimbangan agar didapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Dartius. 1991. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. USU-Press. Medan.
Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Filter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.
Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.UGM Press. Yogyakarta.
Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.
Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, H.S. 1998. Botani Umum. UGM Press. Yogyakarta.
Wilkins, M. B. 1989. Fisologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar